Keunikan dan sisi positif Negara Australia
Keunikan dalam Negara Australia:
1. Memiliki Pagar Dingo Terpanjang di Dunia
Dingo merupakan salah satu hewan liar yang banyak terdapat di Australia, saking liarnya mereka sangat ditakuti oleh para peternak domba wol. Dingo seringkali mencuri dan memangsa domba-domba di ladang, sehingga membuat rugi para peternak dan pembuat kain wol. Untuk mencegah kerugian dan pencurian domba, maka pemerintah Australia membangun pagar tinggi guna mengarantina Dingo sehingga tidak mendekati ladang dan peternakan masyarakat.
Tidak tanggung-tanggung pagar tersebut dibangun sepanjang 5,614 Km yang mulai dibangun pada 1880’an hingga 1885. Namun pada faktanya pada 1990’an ditemukan banyak lubang-lubang di bawah pagar terpanjang di dunia tersebut.
2. Flying Doctor (Layanan Kesehatan Dokter Terbang)
Sama seperti halnya Indonesia yang memiliki masyarakat di pelosok bahkan di pulau-pulau terpencil, pemerintah Australia melalui departemen kesehatannya mengadakan layanan ‘dokter terbang.’ Dengan menggunakan pesawat kecil, para dokter diterbangkan menuju tempat-tempat di pelosok Australia. Royal Flying Doctor Service of Australia, merupakan lembaga non-profit yang membantu masyarakat yang kesulitan mendapatkan layanan kesehatan ke rumah sakit. Uniknya, layanan dokter terbang ini telah menjadi ikon Australia.
3. Rumah Bagi Jutaan Domba
Sama seperti halnya Indonesia yang memiliki masyarakat di pelosok bahkan di pulau-pulau terpencil, pemerintah Australia melalui departemen kesehatannya mengadakan layanan ‘dokter terbang.’ Dengan menggunakan pesawat kecil, para dokter diterbangkan menuju tempat-tempat di pelosok Australia. Royal Flying Doctor Service of Australia, merupakan lembaga non-profit yang membantu masyarakat yang kesulitan mendapatkan layanan kesehatan ke rumah sakit. Uniknya, layanan dokter terbang ini telah menjadi ikon Australia.
4. Sydney’s Opera House (Rumah Opera di Sydney)
Sydney Opera House merupakan bangunan dengan sentuhan ekspresionis modern yang ada di Australia. bangunan unik yang memiliki tinggi atap 75,2 meter, berdiri di lahan seluas 1,8 hektar dengan panjang bangunan 183 meter dan lebar 120 meter. Luar biasanya lagi, atap yang berlapis-lapis tersebut memiliki berat lebih dari 161.000 ton. Bangunan unik ini dirancang dan dibangun pada tahun 1957 oleg Jorn Utzon, seorang arsitektur Denmark.
5. Kutub Selatan
Tidak banyak yang mengetahui bahwa Australia memiliki kawasan kutub bumi yang dikenal dengan, Australian Antartic Territory (AAT) yang merupakan bagian dari Kutub Selatan. Kawasan tersebut dimiliki oleh Kerajaan Inggris namun dikelola oleh Pemerintahan Persemakmuran Australia sejak 1933. Kawasan kutub selatan yang dimiliki oleh Australia seluas 5,9 juta Km3.
Sisi Positif Negara Australia:
1. PERHATIAN YANG TINGGI TERHADAP PENDIDIKAN
Sekolah-sekolah dan universitas di Australia ini sangat mendorong murid-muridnya untuk bersikap kritis dan proaktif. Murid-murid tidak hanya disuruh mendengarkan materi yang dibawakan oleh guru/dosen di depan kelas saja, tetapi mereka juga didorong untuk bertanya jika terdapat hal-hal yang tidak sesuai bagi mereka. Pengajaran tidak saja dilakukan di dalam kelas, tetapi murid juga langsung dibawa "terjun" ke masyarakat. Contohnya: saya pernah menyaksikan secara langsung serombongan murid-murid sekolah dasar dibawa oleh guru pembimbingnya ke pasar (sekali lagi bukan pasar swalayan, tetapi pasar induk) dan mereka disuruh mengamati para penjual mengenai apa-apa saja yang dijual di pasar tersebut dan bertransaksi secara langsung dengan mereka. Contoh lainnya lagi: saya juga pernah menjumpai serombongan murid-murid sekolah menengah dibawa oleh guru pembimbingnya ke restoran Indonesia. Setelah diselidiki, ternyata mereka ini pelajar yang sedang mempelajari mata pelajaran Bahasa Indonesia, dan ingin mempraktekkannya langsung dengan "native speaker" dari Indonesia. Luar biasa, saya bangga dengan Indonesia ternyata Bahasa kita dipelajari di Negara orang. Kurikulum pengajaran yang demikian membuat murid merasa senang dengan sekolah (sebagian besar) dan juga menjadikan mereka dapat berpikir secara kritis dan logis, karena tidak melulu dijejali dengan teori-teori di dalam kelas. Bagi warga yang ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi (universitas, TAFE) tetapi tidak mampu, pemerintah Australia menyediakan HECS (Higher Education Contribution Scheme), ini merupakan keringanan membayar uang kuliah bagi mereka yang memiliki pendapatan di bawah standar Australian minimum income. Mereka yang mendapatakan keringanan melalui HECS akan dikenai kewajiban mengembalikan uang pemerintah tersebut setelah mereka mendapatkan pekerjaan yang layak atau setalah mereka bekerja dan mendapatkan pemasukan sesuai dengan standar gaji Australia. Saya lihat pemerintah sekarang masih kurang berupaya dalam memajukan pendidikan Indonesia. Walaupun sekarang ini sudah ada sertifikasi bagi guru, tetapi mengenai kurikulum yang ada, masih kurang efektif dan cenderung menitikberatkan pada hafalan dan kecerdasan IQ saja. Ingatlah Bapak Presiden ataupun Bapak Mendiknas, pendidikan itu adalah suatu investasi jangka panjang. Hasilnya baru bisa terlihat nanti mungkin 30 - 40 tahun ke depan. Jangan sampai 30 atau 40 tahun ke depan Indonesia masih menjadi bangsa pengguna (user) saja bukan maju menjadi bangsa pencipta (creator). Akar pendidikan memanglah pahit, tetapi buahnya sangatlah manis
Sekolah-sekolah dan universitas di Australia ini sangat mendorong murid-muridnya untuk bersikap kritis dan proaktif. Murid-murid tidak hanya disuruh mendengarkan materi yang dibawakan oleh guru/dosen di depan kelas saja, tetapi mereka juga didorong untuk bertanya jika terdapat hal-hal yang tidak sesuai bagi mereka. Pengajaran tidak saja dilakukan di dalam kelas, tetapi murid juga langsung dibawa "terjun" ke masyarakat. Contohnya: saya pernah menyaksikan secara langsung serombongan murid-murid sekolah dasar dibawa oleh guru pembimbingnya ke pasar (sekali lagi bukan pasar swalayan, tetapi pasar induk) dan mereka disuruh mengamati para penjual mengenai apa-apa saja yang dijual di pasar tersebut dan bertransaksi secara langsung dengan mereka. Contoh lainnya lagi: saya juga pernah menjumpai serombongan murid-murid sekolah menengah dibawa oleh guru pembimbingnya ke restoran Indonesia. Setelah diselidiki, ternyata mereka ini pelajar yang sedang mempelajari mata pelajaran Bahasa Indonesia, dan ingin mempraktekkannya langsung dengan "native speaker" dari Indonesia. Luar biasa, saya bangga dengan Indonesia ternyata Bahasa kita dipelajari di Negara orang. Kurikulum pengajaran yang demikian membuat murid merasa senang dengan sekolah (sebagian besar) dan juga menjadikan mereka dapat berpikir secara kritis dan logis, karena tidak melulu dijejali dengan teori-teori di dalam kelas. Bagi warga yang ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi (universitas, TAFE) tetapi tidak mampu, pemerintah Australia menyediakan HECS (Higher Education Contribution Scheme), ini merupakan keringanan membayar uang kuliah bagi mereka yang memiliki pendapatan di bawah standar Australian minimum income. Mereka yang mendapatakan keringanan melalui HECS akan dikenai kewajiban mengembalikan uang pemerintah tersebut setelah mereka mendapatkan pekerjaan yang layak atau setalah mereka bekerja dan mendapatkan pemasukan sesuai dengan standar gaji Australia. Saya lihat pemerintah sekarang masih kurang berupaya dalam memajukan pendidikan Indonesia. Walaupun sekarang ini sudah ada sertifikasi bagi guru, tetapi mengenai kurikulum yang ada, masih kurang efektif dan cenderung menitikberatkan pada hafalan dan kecerdasan IQ saja. Ingatlah Bapak Presiden ataupun Bapak Mendiknas, pendidikan itu adalah suatu investasi jangka panjang. Hasilnya baru bisa terlihat nanti mungkin 30 - 40 tahun ke depan. Jangan sampai 30 atau 40 tahun ke depan Indonesia masih menjadi bangsa pengguna (user) saja bukan maju menjadi bangsa pencipta (creator). Akar pendidikan memanglah pahit, tetapi buahnya sangatlah manis
2. PERSAMAAN HAK BAGI SETIAP WARGA NEGARA DALAM MENDAPAT PEKERJAAN
Di sini semua penduduk baik itu citizen ataupun pendatang, memiliki hak yang sama dalam mendapatkan pekerjaan yang layak tanpa mempedulikan agama, warna kulit, umur, dan jenis kelamin. Saya tidak pernah menjumpai iklan lowongan pekerjaan yang mencantumkan tulisan: "only for Men", ataupun "looking for the employee under 30 year old". Maka tidak heran jika di sini saya menjumpai nenek-nenek yang bekerja sebagai resepsionis suatu perusahaan, wanita yang menjadi supir Tram, bahkan orang yang cacat pun bisa ditemui bekerja di salah satu perusahaan. Di sini ini yang dinilai adalah kemaumpuan dan kapabilitas orang tersebut, bukan fisiknya. Tidak ada perbedaan gaji antara penduduk lokal dan pendatang. Tidak ada yang namanya expatriate lebih diutamakan di sini, justru pemerintah Australia sangat memprioritaskan penduduk lokal (baca: pemegang paspor Asutralia)
3. BIROKRASI YANG SEDERHANA
Motto: "Time is money" sangat dijunjung tinggi di sini. Semua pelayanan publik diusahakan bekerja secepat dan seefisien mungkin. Pengalaman saya ketika membuat surat izin mengemudi, semuanya hanya berlangsung kurang-lebih selama 1 jam, termasuk tes praktek mengendarai kendaraan. Dan SIM langsung diperoleh pada hari itu juga. Saya sadar, ini memang sulit dilakukan di Indonesia, karena motto "kalau bisa dipersulit kenapa mesti dipermudah?" sepertinya sudah merambah ke seluruh pelayanan umum di Indonesia. Tetapi saya mencoba untuk mengetuk hati mereka para birokrat Indonesia dengan halus: "Pak/bu ingatlah, jika anda mempermudah urusan orang lain maka Tuhan akan mempermudah urusan anda di dunia ini
Komentar
Posting Komentar